Definisi dan Konsep
A.
Biocontrol
Merupakan
metode dalam mengendalikan hama menggunakan parasitoid, predator, dan patogen
(musuh alami) untuk mengurangi populasi hama. Kebanyakan serangga ataupun
tungau tidak disebut sebagai hama dikarenakan secara alami terjadi pengendalian
biologi secara alami yang menekan populasi organisme tanpa bantuan dari
manusia. Secara alami pengendalian biologisering ditemukan hanya setelah alam
diganggu dan populasi arthropoda meningkat secara dramatis menjadi hama ‘baru’.
Biocontrol juga termasuk pengaplikasian teknologi melalui usaha manusia untuk
memperbaiki, meningkatkan, atau meniru fenomena alam melalui tiga taktik dasar
yaitu biocontrol klasik, augmentasi, atau konservasi.
B.
Hubungan biocontrol terhadap
pendekatan pengelolaan hama
Istilah
strategy digunakan untuk mendeskripsikan rencana jangka panjang atau
kerangka pengoperasian. Istilah tactics mendeskripsikan metode yang
digunakan untuk mencapai atau memenuhi strategi tersebut. Terdapat beberapa
strategi untuk mengendalikan hama termasuk ekslusi/karantina hama asing,
eradikasi, plant resisten, pengendalian biologis, pengendalian
kimiawi, dan pengendalian hama terpadu (PHT).
Musuh
Alami Hama Arthropoda
A.
Parasit dan parasitoid
Parasit
serangga berkembang di dalam atau di luar individu serangga inang atau pada
telur suatu inang. Istilah parasitoid sering digunakan untuk parasit pada
serangga dikarenakan cukup berbeda dari parasit yang sebenarnya untuk
memberikan kekhususan (Doutt, 1964). Berikut adalah ciri khusus parasitoid :
1.
Selama perkembangan suatu
individu parasitoid merusak individu inang
2.
Inang biasanya pada tingkat
taksonomi class yang sama
3.
Parasitoid pada umumnya
ukurannya hampir sama dengan inangnya
4.
Bersifat parasit pada saat
larva saja; dewasanya hidup bebas
5.
Tidak memperlihatkan
heterocism (hidup dalam satu spesies inang dan spesies lainnya)
6.
Aksinya menyerupai predator
yang lebih dari parasit sesungguhnya dalam dinamika populasi hama
B.
Predator
Membunuh
inangnya dengan cepat melalui serangan langsung, dan membutuhkan sejumlah
mangsa untuk menyediakan makanan yang cukup untuk perkembangan dewasanya.
C.
Nematoda entomopatogen
Terdapat
dua famili nematoda yaitu Steinernematid dan Heterorhabditidae yang digunakan
secara ekstensif dalam pengendalian biologi pada masa sekarang.
Taktik dalam Menggunakan
Biocontrol
A.
Pengendalian biologi secara
klasik
Serangga
atau tungau yang terdapat di lingkungan baru tanpa musuh alami seringkali
menjadi hama yang serius dibanding serangga native dimana pertumbuhannya
ditekan oleh musuh alaminya. Asumsi dari biocontrol klasik meliputi :
1.
Populasi hama diatur oleh
musuh alami
2.
Populasi hama dikeluarkan
dalam menekan pertumbuhannya setelah introduksinya tanpa musuh alami
3.
Introduksi musuh alami dapat
menjadi efektif pada lokasi yang baru jika introduksinya bebas dari musuh
alami mereka sendiri
Kesuksesan
biological control klasik tergantung pada dua elemen penting yaitu :
1.
Keberadaan musuh alami di
lingkungan baru
2.
Efikasi musuh alami di
lingkungan baru
Rosen
dan Huffaker (1983) menyatakan bahwa secara potensial musuh alami efektif jika
mengikuti atribut berikut :
1.
Kecocokan dan kemampuan
adaptasi
2.
Kapasitas pencarian yang
tinggi
3.
Cukupnya kekuatan terhadap
peningkatan secara relatif terhadap inang atau mangsa
4.
Inang atau mangsa yang
spesifik dan inang atau mangsa yang lebih disukai
5.
Sinkronisasi dengan inang atau
mangsa dan habitatnya
6.
Respon yang tergantung
kepadatan terhadap kepadatan inang atau mangsa
B.
Augmentasi
Augmentasi
melibatkan usaha untuk meningkatkan populasi atau efek benefit dari musuh alami
baik hama native maupun eksotik (Rabb et al., 1976). Pelepasan inundative
melibatkan pelepasan dalam jumlah yang besar musuh alami dengan harapan
berhasilnya dengan cepat pengaruh populasi hama. Patogen dan nematoda umumnya yang
dilepas secara inundative. Untuk musiman, pelepasan secara inoculative, jumlah
musuh alami yang dilepas relatif sedikit dan pelepasannya pada awal musim
panen.
C.
Konservasi musuh alami
1.
Selektif pestisida
Prinsip
umum, pengaplikasian pestisida seharusnya hanya ketika populasi hama melebihi
level khusus, dan ketika tidak terdapat lagi taktik dalam pengendalian yang
tersedia.
2.
Pestisida- resisten, musuh
alami
Strain
pestisida-resisten dapat dikembangkan dengan pemilihan di lapangan atau proyek
perbaikan genetik dalam laboratorium (Hoy, 1985c). Perbaikan genetik terlibat
langsung, tujuan perubahan genetik untuk meningkatkan efikasi musuh alami dalam
pengendalian hama biologis. Misalnya perubahan genetik secara teoritis dapat
dicapai melalui seleksi secara tradisional atau penggunaan rekombinan teknik
DNA (rDNA) (Beckendorf dan Hoy, 1985).
3.
Teknik konservasi lainnya
Sejumlah
teknik pengeloloaan dapat digunakan, baik secara tunggal maupun dengan
pengkombinasian, untuk mengelola hana dan musuh alami. Dampak dari taktik ini
butuh dievaluasi untuk menetapkan apakah taktik tersebut meningkatkan atau
membatasi keefektifan musuh alami dalam suatu kasus. Tanaman yang resisten
terhadap hama arthropoda tidak dapat menyediakan pengendalian yang komplit,
tetapi dapat menyediakan musuh alami untuk menjadikannya lebih efektif ,
paling tidak mekanisme resistensi pada tanaman dapat mengganggu musuh alami
(Herzog dan Funderburk, 1985).
Ekologi Biocontrol
A.
Faktor pengendalian alami
Biological
control merupakan bagian dari pengendalian alami,. Faktor pengendalian alami
yaitu biotik (hidup) dan abiotik (tidak hidup). Faktor-faktor kontrol
biotiktermasuk dampak musuh alami, kualitas dan kuantitas makanan, kompetisi
intraspesifik dan interspesifik, dan keperluan tempat atau wilayah.
Faktor-faktor kontrol abiotik meliputi cuaca dan faktor fisik lainnya. Faktor
kontrol biotik dan abiotik biasanya bekerja bersama untuk membatasi pertumbuhan
populasi dengan mengurangi tingkat kelahiran atau meningkatkan mortalitas.
B.
Efektifitas musuh alami
Keefektifan
musuh alami dalam mengontrol populasi hama tergantung pada karakteristik suatu sistem
yang spesifik. Bagaimanapun,aturan umum, kebanyakan musuh alami yang efektif
yaitu :
1.
Menunjukkan tingkatan tinggi
inang atau mangsa yang spesifik.
2.
Memiliki angka reproduksi yang
relatif tinggi dibanding inang atau mangsanya.
3.
Menunjukkan toleransi terhadap
faktor abiotik yang hampir sama terhadap inang atau mangsanya.
Pemilihan
inang atau mangsa dibagi menjadi empat tahapan yaitu :
1.
Pemilihan habitat, atau
mencari sebagian lingkungan dimana terdapat inang yang tepat
2.
Penemuan inang atau mangsa,
atau pengidentifikasian inang atau mangsa pada tanaman
3.
Penerimaan inang atau mangsa,
atau menguji inang individual atau pun mangsa di lingkungan untuk menetapkan
apakah untuk makan atau memparasitinya.
4.
Kecocokan inang atau mangsa,
atau kemampuan parasitoid untuk berkembang didalam atau dengan inang atau
predator untuk makan pada mangsanya.
C.
Pengendalian biologi dalam
pengelolaan hama
Sasaran
penggunaan biological control dalam pengelolaan hamauntuk mengurangi kepadatan
hama terhadap rendahnya kepadatan dibanding yang terjadi sebaliknya. Jika
manusia ikut campur dalam beberapa cara untuk meningkatkan biological control,
lalu fenomena ini diistilahkan dengan pengaplikasian biological control.
Pengaplikasian biological control dapat melibatkan importasi klasikal dan
mengembangkan musuh alami, augmentasi, ataupun konservasi.
Strategi dan Taktik dalam
Pengelolaan Hama Pertanian
A.
Strategi pengendalian kimiawi
Pengendalian
secara kimia mendominasi praktik pengelolaan hama sejak berkembangnya pestisida
organik sintetik setelah perang dunia II. Tekanan untuk mengurangi pestisida
dan untuk meningkatkan taktik penggunaan pengendalian non-kemikal berawal
dari tiga sumber utama yaitu :
1.
Pengendalian kemikal (kimiawi)
dalam jangka panjang tidak selalu efektif. Banyak hama sekarang telah resisten
terhadap beberapa pestisida dan beberapa hama tidak bertahan lama dikendalikan
oleh material yang telah terdaftar.
2.
Resiko terhadap lingkungan
berhubungan dengan penggunaan pestisida yang dikenal secara umum. Prihatin
terhadap kontaminasi air tanah, pemeliharaan cagaralam, dan pengaruh yang tidak
diharapkan dari penggunaan pestisida.
3.
Prihatin mengenai residu
pestisida di dalam atau pada makanan yang meningkat, juga membatasi penggunaan
pestisida dalam perundang-undangan.
B.
Strategi pengendalian biologi
Terdapat
beberapa sistem pemanenan dalam biocontrol yang dapat diandalkan dalam mengontrol
hama arthropoda. Pelepasan secara augmentasi musuh alami terhadap hama
arthropoda pada lokasi tanaman panen, sayuran, di greenhouse merupakan
contoh lain dimana pengendalian ini menyediakan pengendalian biologi yang
mendekati komplit (Hussey dan Scopes, 1985).
C.
Strategi IPM (Integrated
Pest Management)
Taktik
yang digunakan dalam program IPM termasuk plant resisten,
biocontrol, pengendalian kimiawi, pengendalian kultural, pengendalian
biorasional. Prinsip utama yang harus dilakukan dalam mempertimbangkan seluruh
taktik, dengan menguji dampaknya menggunakan musuh alami.
*jangan
lupa klo copas cantumkan sumber yeeee,.... andiirmasuryani.blogspot.com
0 Comments