Apa itu Uji Serologis
Uji
serologis adalah pengujian yang menggunakan serum sebagai sampel.
Prinsip utama uji serologis adalah mereaksikan antibodi dengan antigen
yang sesuai. Antibodi adalah zat kekebalan yang dilepaskan oleh sel
darah putih untuk mengenali serta menetralisir antigen (bibit penyakit
baik virus maupun bakteri) yang ada dalam tubuh.
Fungsi uji serologis adalah :
- Membantu dalam mendiagnosa penyakit
Ayam
yang divaksin atau terinfeksi virus lapangan akan terbentuk antibodi
(IgA, IgG dan IgM). IgG ialah antibodi utama dalam serum. Antibodi ini
terdeteksi paling cepat 7 hari post infeksi/vaksinasi. Uji
serologi dapat dipakai untuk membantu menentukan adanya infeksi
lapangan atau dari hasil kerja vaksin. Contohnya ayam layer
umur 60 hari yang belum pernah divaksin AI. Hasil uji serologi
terdeteksi adanya titer antibodi AI. Hal ini mengindikasikan adanya
virus AI lapangan.
Contoh
lain adalah adanya kasus penurunan produksi telur tanpa gejala dan
perubahan yang spesifik. Uji serologi dapat dilakukan terhadap
penyakit-penyakit yang dominan mengganggu produksi telur yaitu titer
ND, IB, EDS dan AI.
Dua kemiripan gejala klinis AI (kiri) dan ND (kanan), berupa peradangan di trakea dan ovarium
- Monitoring titer antibodi
Karena
perbedaan kondisi peternakan, kadang titer antibodi lebih cepat turun
daripada yang seharusnya. Penyebabnya adalah tingginya infeksi lapang,
ayam stres atau penyakit immunosupressif seperti Gumboro atau
CRD. Dengan uji serologis rutin tiap bulan, diharapkan status titer
antibodi ayam tetap terpantau dan dapat memperkirakan kapan ayam akan
divaksinasi kembali.
- Mengetahui keberhasilan vaksinasi
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan vaksinasi maka pemeriksaan uji serologis dapat dilakukan pada 2-3 minggu post vaksinasi aktif atau 3-4 minggu post vaksinasi inaktif.
- Pemetaan baseline titer
Baseline
titer adalah level minimal titer antibodi agar peternakan aman dari
infeksi penyakit tertentu di lingkungan peternakan itu sendiri. Baseline titer bersifat spesifik untuk satu penyakit dan satu peternakan. Daerah yang sering terinfeksi ND tentu baseline
titernya lebih tinggi dibanding daerah jarang kasus ND. Sering terjadi,
peternakan yang memiliki titer antibodi ND rendah justru tidak pernah
terserang ND, namun titer antibodi ND yang tinggi di peternakan lain,
ternyata tidak dapat membebaskan peternakan tersebut dari serangan ND.
Pemantauan
titer antibodi sebaiknya dilakukan secara rutin agar diketahui status
ayam sakit atau sehat, mengevaluasi program vaksinasi, mendeteksi
serangan penyakit sedini mungkin dan juga pemetaan baseline titer. Pada
ayam petelur, pemetaan baseline titer setidaknya memerlukan data pemantauan titer antibodi selama satu periode pemeliharaan, begitu juga ayam pedaging.
- Mengukur antibodi maternal
Antibodi
maternal merupakan antibodi yang diwariskan dari induk ayam kepada
anaknya. Antibodi maternal ini akan berkurang (menurun) secara
periodik. Pada saat antibodi maternal rendah (di bawah standar
protektif) peluang ayam terinfeksi penyakit semakin besar. Oleh karena
itu perlu dilakukan vaksinasi untuk menggertak pembentukan antibodi
dalam tubuh ayam yang protektif.
Pengukuran antibodi maternal sering dilakukan pada DOC
Uji
serologis untuk mengukur antibodi maternal dilakukan ketika DOC.
Pengukuran antibodi maternal sering dilakukan pada kasus Gumboro.
Laboratorium pemeriksa akan memprediksi kapan titer antibodi maternal
turun dan memperkirakan waktu vaksinasi pertama dilakukan. Gambaran
antibodi maternal ini juga digunakan sebagai dasar pemilihan jenis
vaksin Gumboro yang akan digunakan. Vaksin intermediate plus (Medivac Gumboro A) dapat bekerja akan menggertak pembentukan antibodi secara optimal ketika titer antibodi maternal 500 (ELISA) sedangkan vaksin intermediate (Medivac Gumboro B) pada titer antibodi maternal di 200 (ELISA).
Serum sebagai Sampel Utama
Serum
mengandung antibodi sehingga ketersediaannya mutlak untuk uji
serologis. Serum adalah bagian dari plasma darah (bagian cair darah).
Serum yang dalam kondisi bagus berwarna kuning bening.
Teknik
dan waktu pengambilan serum adalah dua faktor penting dalam penanganan
serum. Waktu pengambilan yang tepat akan memperlihatkan kondisi
imunitas ayam yang sebenarnya dan terhindar dari salah penafsiran.
Waktu pengambilan sampel serum tersebut adalah :
- Saat antibodi maternal masih sangat tinggi (pre-vaksinasi), biasa dilakukan pada DOC untuk menentukan umur atau jadwal vaksinasi Gumboro yang pertama
- Dua hingga tiga minggu post vaksinasi aktif atau tiga hingga empat minggu post vaksinasi inaktif. Hal ini dikarenakan vaksinasi aktif lebih cepat mencapai level protektif namun lebih cepat pula turunnya sedangkan vaksin inaktif bekerja perlahan mencapai level titer protektif
- Setiap satu bulan sebagai monitoring titer antibodi
Teknik Pengambilan Serum
Prinsip
kehati-hatian harus diterapkan dalam pengambilan serum. Sampel serum
yang rusak adalah sia-sia karena mengganggu proses dan pembacaan hasil
uji serologi. Beberapa faktor penyebab kerusakan serum ialah sinar
matahari, suhu tinggi, pH dan kontaminasi logam. Teknik pengambilan
serum yang baik yaitu :
- Siapkan peralatan yang diperlukan (syringe steril, kapas beralkohol, label dan vial steril). Syringe 3 ml untuk ayam besar dan syringe 1 ml untuk DOC. Rute pengambilan darah tergantung ukuran ayam, yaitu DOC melalui jantung (intracardial) sedangkan ayam besar dapat melalui vena brachialis sayap
Pengambilan darah dapat dilakukan melalui sayap vena bachialis (panah) maupun jantung
- Pengambilan darah dilakukan secara acak. Jumlah sampel minimal 0,5% dari populasi atau 15-20 sampel/kandang. Sedangkan jumlah sampel untuk uji maternal antibodi IBD disarankan 18 sampel/flok dari anak ayam sehat berumur 1-4 hari (pre-vaksinasi). Pada kandang baterai, sampel diambil dari ayam di bagian bawah, tengah, atas dan ke arah diagonal. Sampel dari kandang postal diambil di masing-masing pojok dan tengah kandang
- Ambil darah sebanyak 0,5 ml untuk DOC dan 1-2 ml untuk ayam dewasa. Lalu syringe segera ditarik sampai batas volume sehingga terdapat ruangan luas untuk pembentukan serum. Diamkan syringe pada suhu kamar (25oC) dengan posisi datar atau berdiri sampai serum terbentuk (minimal 2 jam), hindarkan dari suhu panas juga sinar matahari langsung. Serum darah yang keluar sekitar 0,75-1 ml tiap 2 ml darah
- Setelah serum terbentuk, segera pisahkan dengan bekuan darah lalu masukkan ke dalam vial yang sudah dilabel. Tempatkan serum pada suhu -20oC atau freezer (tahan 2-5 tahun), serum juga bisa disimpan pada suhu 2 - 8oC namun hanya tahan 3- 5 hari
- Untuk pengiriman ke laboratorium masukkan vial dalam styrofoam (bekas tempat vaksin aktif) atau plastik tertutup. Pastikan posisi vial tegak/tidak terbalik. Lalu masukkan ke marina cooler atau filopur yang diisi es batu dengan perbandingan 1 : 3.
Macam Uji Serologis
Berikut penjelasan singkat berbagai macam uji serologis yang dilakukan di peternakan unggas :
- Rapid Plate Agglutination Test (RPAT)
Prinsip
utama RPAT adalah pengikatan antigen standar (yang termodifikasi)
dengan sampel serum (antibodi) yang sesuai sehingga terjadi
agglutinasi. Uji ini digunakan untuk mendeteksi Mycoplasma gallisepticum, M. synoviae dan Salmonella pullorum.
Hasil uji RPAT, hasil negatif ditunjukkan pada gambar kanan atas, sedangkan yang lainnya menunjukkan hasil positif
Uji
ini sangat sensitif, cepat, mudah, tanpa perlakuan dan peralatan khusus
sehingga dapat dilakukan di mana saja. Caranya dengan mencampur satu
tetes serum dengan satu tetes antigen di atas plate. Aduk selama 5
detik, 1 menit dan 2 menit lalu dilihat hasilnya. Hasil positif jika
terbentuk endapan/butiran-butiran pasir (agglutinasi) dan hasil negatif
jika tidak terjadi agglutinasi. Endapan itu adalah ikatan
antibodi-antigen.
- Haemagglutination Inhibition (HI) Test
Uji
ini telah digunakan luas dan keberadaannya menjadi wajib di tiap
laboratorium. Meski kurang sensitif dibanding RPAT namun uji ini lebih
spesifik daripada RPAT. Kelebihan lain adalah ekonomis dan tidak perlu
peralatan khusus berharga mahal. Prinsip dasar HI Test adalah hambatan
reaksi agglutinasi sel darah merah (RBC) oleh virus akibat terikatnya
virus tersebut oleh antibodi spesifik. Oleh karena itu, uji ini hanya
dapat dilakukan untuk mikroba yang mengagglutinasi RBC. Pada ayam,
virus AI, ND, IB (setelah ditambah enzim tertentu) dan egg drop syndrome serta Mycoplasma dapat diuji dengan HI Test.
Secara
singkat, metode kerja uji HI adalah pengenceran bertingkat serum sampel
hingga pengenceran terbesar yang masih sanggup menghambat agglutinasi
RBC. Hasil positif jika tidak terjadi agglutinasi dan hasil negatif
jika terjadi agglutinasi.
Hasil
yang didapat diformulasikan sehingga diketahui titer antibodinya
sehingga dapat dibandingkan dengan standar titer protektif. Titer
protektif adalah batas minimal jumlah antibodi dalam tubuh yang masih
mampu melindungi terhadap virus tertentu. Standar titer protektif
antibodi tergantung dari jenis virus spesifik. Sebagai contoh, titer
protektif ND untuk ayam layer adalah 64, berarti jika di bawah nilai
tersebut, maka antibodi di dalam tubuh ayam tidak dapat melindungi ayam
dari virus, begitu juga sebaliknya. Selain titer tersebut, kita juga
perlu memperhatikan persentase kebal dan keseragamannya.
HI
test, pengenceran serum bertingkat dari terkecil (kiri) ke terbesar
(kanan). Hasil positif tidak terjadi agglutinasi (sepuluh kolom kiri)
dan hasil negatif terjadi aglutinasi (dua kolom kanan)
- Enzym Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Penggunaan
ELISA sudah sangat luas karena lebih memiliki beberapa keunggulan yaitu
cepat, dapat menguji sampel dalam jumlah banyak, akurat, mampu
menghitung titer (kuantitatif) dan lebih fleksibel. Bahkan uji ini juga
dapat digunakan di penelitian penelitian bidang tanaman serta industri
makanan dalam mendeteksi alergi makanan serta efek toksik dari
obat-obatan.
Di unggas, ELISA sering digunakan dalam deteksi antibodi terhadap IB, IBD, Salmonella sp dan Pasteurella multocida. Meski begitu, ELISA juga punya kekurangan yaitu harga peralatan yang mahal misalnya ELISA reader, washer dan komputer. Selain itu, ELISA kit tidak bisa dibuat sendiri.
ELISA reader
- Agar Gel Precipitation Test (AGPT)
Sesuai
namanya, uji ini menggunakan teknik presipitasi (pengendapan) antigen
oleh antibodi yang sesuai. Uji ini bersifat kualitatif yaitu dapat
mengetahui keberadaan antibodi spesifik antigen atau tidak.
Metode
ini menggunakan AGP yang terdiri dari dua tipe lubang yaitu satu lubang
di tengah, diisi antibodi atau antigen standar dan beberapa lubang
mengitari lubang pertama yang diisi antigen atau serum sampel. Setelah
diisi, AGP diinkubasi selama 18-48 jam lalu diamati. Jika positif akan
terlihat garis putih yang terletak di antara antigen dan antibodi
begitu pun sebaliknya. Hasil positif berarti antibodi berikatan dengan
antigen tersebut.
Terbentuknya garis putih mengelilingi lubang menunjukkan hasil positif
Kelebihan
metode ini adalah dapat diaplikasikan untuk berbagai macam mikroba. Di
bidang perunggasan, uji ini sering digunakan untuk mendeteksi IB, ILT
dan fowl adenovirus (FAV) atau inclusion body hepatitis (IBH).
- Serum Neutralization Test (SNT)
Metode
ini paling tepat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap serotipe
yang berbeda dari virus yang diuji karena bisa menjabarkan beberapa
serotipe virus yang menginfeksi unggas. Uji ini berguna untuk
virus-virus yang memiliki banyak serotipe seperti IB dan IBH. Namun
metode ini butuh peralatan mahal dan telur spesific patogen free (SPF) guna persiapan kultur jaringan atau kultur organ.
Tindakan yang Dilakukan
HI
test dan ELISA menjadi metode uji serologis yang sering digunakan
peternak. Hasil dari uji HI test, ELISA dan SNF berupa angka yang
menggambarkan titer antibodi sedangkan AGPT dan RAPT hanya bisa
mengidentifikasi mikrobia apa yang menyerang ayam.
Dari
hasil uji serologis tersebut akan semakin memperkuat diagnosa penyakit.
Hasil tersebut perlu kita interpretasikan sebagai salah satu dasar bagi
kita memberikan perlakuan atau tidakan yang sesuai. Laboratorium Medion
(Medilab) dalam melakukan uji serologis selalu menyertakan interpretasi
hasil uji untuk mempermudah peternak melakukan tindakan penanganan
kasus. Hanya saja jumlah sampel serum yang digunakan harus sesuai
(minimal 0,5% atau 15-20 sampel tiap kandang) agar interpretasi yang
diberikan mendekati kondisi yang sebenarnya. Jika Anda berminat
melakukan uji serologis dapat menghubungi tenaga lapangan Medion yang
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Titer
antibodi yang tinggi belum dapat digunakan sebagai jaminan bahwa ayam
akan aman dari infeksi bibit penyakit. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam melakukan interpretasi hasil uji serologis ialah
tingkat keseragaman (koefisien variasi) titer antibodi, kesesuaian
mikrobia vaksin dengan mikrobia lapangan, tingkat tantangan bibit
penyakit di kandang, adanya penyakit komplikasi atau penyakit immunosuppressive
(menurukan sistem kekebalan tubuh) dan jumlah sampel yang kurang
sesuai. Penjelasan lebih lengkapnya dapat diakses pada situs web Info
Medion (hhtp://info.medion.co.id) dengan judul “Tak Selamanya Titer
Antibodi Tinggi, Ayam Aman”.
Selain
berpedoman pada hasil uji serologis, agar tindakan yang dilakukan lebih
tepat perlu diketahui juga mengenai sejarah serangan penyakit yang
terjadi di farm, anamnesa peternak, gejala klinis maupun perubahan
bedah bangkai (patologi anatomi). Dengan demikian, diharapkan tindakan
yang diberikan akan mampu mangatasi kasus secara optimal, ayam sebuh
dan kembali berproduksi optimal.
Berbagai
macam uji serologis yang tersedia hendaklah dimanfaatkan sebaik mungkin
untuk membantu dalam pendiagnosaan penyakit secara lebih tepat. Hasil
diagnosa penyakit memiliki kedudukan yang sangat penting dalam upaya
pengendalian serangan penyakit. Kesalahan diagnosa penyakit akan
berakibat fatal, ayam tidak kunjung sembuh sehingga produktivitas
menurun bahkan tidak jarang bertambahnya tingkat kematian. Saat
diagnosa penyakit dilakukan secara tepat maka treatment yang diberikan
akan sesuai sehingga kasus serangan penyakit dapat ditekan atau diatasi
secara optimal.
Info Medion Edisi September 2009
(http://info.medion.co.id).
0 Comments